Pematangsiantar, 5 Juni 2024 – Sekolah Tinggi Teologi HKBP (STT HKBP) Pematangsiantar menerima kunjungan dari 4 profesor, di antaranya Prof. Dr. Jennifer Wojciechowski (Luther Seminary, St. Paul, Minnesota), Prof. Dr. Moses Pneumaka (Pacific Lutheran Theological Seminary, Berkeley, California), Prof. Man Hei Yip (Wartburg Theological Seminary, lowa), dan Prof. Dr. Kathryn Schifferdecker (Luther Seminary, St. Paul, Minnesota), Rabu, 5 Juni 2024. Kunjungan mereka disertai 4 pejabat Evangelical Lutheran Church in America (ELCA). Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan dan kerja sama internasional STT HKBP dengan salah satu denominasi Kristen terbesar di Amerika Serikat, yaitu ELCA.
Keempat professor itu datang untuk memperdalam pemahaman mengenai sejarah gereja di Indonesia, memahami keberadaan agama minoritas dalam masyarakat multi-agama, memahami pengalaman gereja di Indonesia dalam pekerjaan diakoni, memahami tantangan yang dihadapi gereja Indonesia akibat perkembangan sosio-politik, dan memahami pendekatan Indonesia terhadap warisan teologi Lutheran.
Sebagai bagian dari kunjungan ini, diadakan juga kegiatan penanaman pohon di lingkungan STT HKBP. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing theological knowledge dan diskusi antara ELCA dan dosen STT HKBP. Kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan mahasiswa, tetapi juga menjadi wadah diskusi kritis tentang berbagai topik teologi secara universal dengan pendekatan Lutheran.
Keempat profesor memberikan presentasi tentang prinsip dasar dan perkembangan teologi Lutheran. Peserta dari STT HKBP aktif mengajukan pertanyaan dan pandangan mereka. Diskusi juga mencakup isu-isu terkini seperti gerakan Christian Progressive, inklusivitas, keadilan sosial, dan respon gereja terhadap isu-isu sosial dan politik. Peserta diajak memahami bagaimana gerakan ini menjawab tantangan zaman tanpa meninggalkan akar teologisnya. Studi kasus dan pengalaman dari kedua negara memberikan perspektif global tentang penanganan isu-isu tersebut.
Dalam salah satu sesi diskusi, Prof. Dr. Moses Penumaka mengatakan, “metafora gereja yang baik adalah yang tumbuh dari benih. Metafora ini menekankan transformasi dan keberhasilan kualitas daripada kuantitas yang dibangun dari hal kecil. Sebagai contoh, beberapa gereja di Amerika memiliki banyak dana, tetapi memiliki sedikit jemaat, sehingga dapat disimpulkan bahwa dana tidak terlalu berdampak pada kualitas gereja.”
#rilis : Moni LG#